Resensi Novel Angin Timur: Angin Barat Karya Pearl S. Buck




                                   RESENSI NOVEL ANGIN TIMUR: ANGIN BARAT


Judul  novel : Angin Timur: Angin Barat
Pengarang : Pearl S. Buck
Tebal buku : 276
Penerbit : Narasi

Sinopsis novel :  
                Buku ini berkisah tentang dua orang wanita, dua orang budaya, dan pengorbanan yang mereka lakukan demi cinta.
                Sesuai dengan adat China, Kwei Lan dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Ia mengharapkan bisa membangun rumah tangga sesuai adat yang dipegangnya dengan teguh, namun ternyata harapannya tak sesuai dengan kenyataan. Suaminya adalah seorang dokter medis yang tak lagi percaya pada adat istiadat yang baginya tak masuk akal.
                Namun tak hanya itu masalah yang dihadapi Kwei Lan, kakak kandungnya yang telah lama tinggal di Amerika Serikat memilih untuk menolak perjodohannya, dan memutuskan untuk menikahi seorang wanita asing bernama Mary. Mary berusaha keras untuk bisa diterima di keluarga suaminya, dan menjadi satu-satunya wanita dalam hidup suaminya.
                Tak mudah bagi Kwei Lan dan keluarganya untuk menghadapi perubahan yang mengancam eksistensi adat dan budaya China yang dipegang dengan teguh. Tak mudah pula bagi Mary untuk yakinkan semua orang bahwa cintanya pada suaminya tulus. Namun demi cinta, mereka semua harus berkorban.

Keunggulan Novel :
                     Novel ini sangatlah relevan bagi Bangsa Indonesia, karena mempunyai kekuatan untuk membuka pandangan seseorang terhadap perbedaan budaya, serta potensi yang akan terjadi apabila perbedaan tersebut kian meruncing.
Kekurangan novel :
                     Sebagian tulisan ada yang agak saya sulit dipahami mungkin karena bahasa ke Indonesia agak sedikit kurang pengartian. Tidak ada toleransi dalam novel ini tercemin dari sikap masyrakat tiongkok terhadap keputusan kakak Kwei Lan yang memutuskan untuk menikahi wanita asing.




Unsur Intrinsik
:
Tema                   :  Novel ini menceritakan sebuah kisah hidup perjuangan empat insan manusia yang berasal dari latar belakang budaya serta pandangan hidup yang berbeda.
Tokoh                  :
Kwei lan                   =  Merupakan tokoh utama dalam novel ini, keturunan orang kaya,                      penurut (dari kultur maupun pada suaminya), penyayang, sabar.
Suami Kwei lan       = Tidak percaya pada budayanya Cina Kuno, kukuh terhadap pendiriannya, penyayang.
kakak Kwei Lan       = Berambisi besar, kukuh pada pendiriannya.
Istri kaka Kwei Lan = Berambisi agar diterima di keluarga suaminya, manja, sabar, mempunyai sikap lebih bebas dan lebih bisa berpenampilan apa adanya.
Kakek Kweilan         =  Egois, kukuh pada pendiriannya, kaya, penyayang, patuh pada adat istiadat.
Ibu Kwei Lan            = Egois, penyayang, patuh pada adat istiadat.
Alur                    :  Alur dalam novel ini yaitu alur maju, dalam ceritanya peristiwa atau kejadiannya berurut ke depan.
Latar               : a.) Latar Tempat : Cina Kuno
                            b.) Latar Waktu : Pagi
                            c.) Latar Suasana : Tegang dan genting
Amanat  : Di dunia tidak ada yang monoton dan berdiri sendiri. Perbedaan perbedaan di dunia ini        diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain. Meskipun seperti minyak dan air yang sulit bersatu, tetapi dengan adanya sikap toleransi dan mau terbuka maka segala perbedaan dapat bersat. Tidak ada budaya yang lebih bagus dari budaya yang lain.
Sudut pandang : Dalam novel Angin Timur: Angin Barat menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku pertama, seperti dalm kutipan dalam novel di bawah ini.
“ Awalnya, aku terkesima dengan ucapannya dan tak paham dengan maksudnya. Aku setara dengannya? Tapi kenapa? Apakah aku bukan Istrinya?”
Gaya Bahasa   :
·         Majas
a.       Perbandingan
Personifikasi : "Bagaimana jika air yang pucat itu tak pernah tersentuh bulan?"
 Alegori           : "Suamiku adlaah sorang pangeran untukku...)
b.      Pertentangan
Kontradiksi Interminis : "Sungguh, ia jarang bicara, kecuali untuk membetulkan dan                                                        memberi perintah"
 Paradoks                     : "Tuan yang Mulia mengatakan bahwa ibunda tidak sakit. Tapi kata pelayannya, ia lemah.”
c.       Sindiran
Sinisme : "...karena ia sekarang sudah tua dan semakin gemuk,..."

d.      Penegasan
Tautologi  : "Setiap gerakan tubuhnya bebas, tidak terkekang, dan licah sekaligus                                gemulai"
Repetisi    : "Inilah aku. Aku memang seperti yang kaulihat. Aki takkan mengubah                                     diriku"


Powered by Blogger.